PENGERTIAN MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budiatau makhluk yang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia
merupakan suatu oganisme hidup (living organism).Terbentuknya pribadi
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan bahkan secara ekstrim dapat dikatakan,
setiap orang berasal dari satu lingkungan, baik lingkungan vertikal (genetika,
tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun kesejarahan.
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL DAN BUDAYA
Semua aktifitas itu dilakukan oleh semua kalangan, semua
golongan, semua umur dari manusia. Tidak memandang dia tua ataupun muda, miskin
ataupun kaya, manager maupun staff, di Amerika maupun Indonesia, berkulit putih
maupun hitam, dll. Pada intinya dilakukan oleh semua lapisan manusia di bumi
ini. Itu semua sudah kodrati dari diri seorang manusia, seperti yang tertulis
dalam sebuah artikel tentang Ilmu Sosial Budaya Dasar, manusia itu digolongkan
sebagai berikut ini :
1.
Manusia sebagai makhluk budaya
2.
Manusia dan peradaban
3.
Manusia sebagai individu, makhluk sosial dan mahluk religius
4.
Manusia, keragaman dan kesederajatan
5.
Manusia, moralitas dan hukum
6.
Manusia, sains dan teknologi
7.
Manusia dan lingkungan.
Berikut ini adalah pembahasan tentang manusia sebagai
makhluk yang sosial dan budaya :
v MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL
Manusia sejak lahir sampai mati selalu hidup dalam
masyarakat, tidak mungkin manusia di luar masyarakat. Aristoteles mengatakan:
bahwa makhluk hidup yang tidak hidup dalam masyarakat ialah sebagai seorang
malaikat atau seorang hewan. DiIndia oleh Mr. Singhdidapatkan dua orang anak
yang berumur 8 tahun dan 1 ½ tahun. Pada waktu masih bayi anak-anak tersebut diasuh
oleh srigala dlam sebuah gua. Setelah ditemukan kemudian naka yang kecil mati,
tinggal yang besar. Selanjutnya, walaupun ia sudah dilatih hidup bermasyarakat
sifatnya masih seperti srigala, kadang-kadang meraung-raung di tengah malam,
suka makan daging mentah, dan sebagainya. Juga di Amerika dalam tahun 1938,
seorang anak berumur 5 tahun kedapatan di atas loteng.karena terasing dari
lingkungan dia meskipun umur 5 tahun belum juga dapat berjalan dan
bercakap-cakap.jadi jelas bahwa manusia meskipun mempunyai bakat dan kemampuan,
namun bakat tersebut tidak dapat berkembang, nika tidak ada lingkungan. Itulah
sebabnya manusia dikatakan sebagai makhluk sosial. Di samping adanya
hasrat-hasrat atau golongan instingtif pada manusia masih terdapat
factor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bermasyarakat. Faktor-faktor
itu adalah:
1. Adanya dorongan seksual, yaitu dorongan manusia untuk
mengembangkan keturunan atau jenisnya.
2. Adanya kenyataan bahwa manusia adalah serba tidak bisa
atau sebagai makhluk lemah.karena itu ia selalu mendesak atau menarik kekutan
bersama, yang terdapat dalam perserikatan dengan orang lain.
3. Karena terjadinya habit pada tiap-tiap diri manusia.
Manusia bermasyarakat karena ia telah biasa mendapat bantuan yang berfaedah
yang diterimanya sejak kecil dari lingkungannya.
4. Adanya kesamaan keturunan, kesamaan territorial, nasib,
keyakinan/cita-cita, kebudayaan, dan lain-lain. Secara alamiah manusia
berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai pelaku dan sekaligus
dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Perlakuan manusia terhadap lingkungannya
sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri. Manusia
dapat memanfaatkan lingkungan tetapi perlu memelihara lingkungan agar tingkat
kemanfaatannya bisa dipertahankan bahkan ditingkatkan. Bagaimana manusia
mensikapi dan mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola
peradaban dan kebudayaan. Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial,
karena ada faktor-faktor , yaitu:
a. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.
b. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang
lain.
c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain
d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di
tengah-tengah manusia.
A. HABITAT
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU
DAN SOSIAL
Manusia sebagai makhluk individu
artinya manusia sebagai makhluk hidup atau makhluk individu maksudnya tiap
manusia berhak atas milik pribadinya sendiri dan bisa disesuaikan dengan
lingkungan sekitar. Manusia individu adalah subyek yang mengalami kondisi
manusia. Ini diikatkan dengan lingkungannya melalui indera mereka dan dengan
masyarakat melalui kepribadian mereka, jenis kelamin mereka serta status
sosial. Selama kehidupannya, ia berhasil melalui tahap bayi, kanak-kanak,
remaja, kematangan dan usia lanjut. Deklarasi universal untuk hak asasi
diadakan untuk melindungi hak masing-masing individu. Manusia juga sebagai
mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik
dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil.
Manusia sebagai makhluk sosial
artinya manusia membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana
untuk bersosialisasi. Bersosialisasi disini berarti membutuhkan lingkungan
sosial sebagai salah satu habitatnya maksudnya tiap manusia saling membutuhkan
satu sama lainnya untuk bersosialisasi dan berinteraksi.Manusia pun berlaku
sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan
lingkungan dan tempat tinggalnya.Manusia bertindak sosial dengan cara
memanfaatkan alam dan lingkungan untuk menyempurnakan serta meningkatkan
kesejahteraan hidupnya demi kelangsungan hidup sejenisnya.
B. PERANAN
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
Individu dalam hal ini adalah
seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khas di dalam
lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkahlaku spesifik tentang dirinya. Akan tetapi dalam banyak hal banyak pula
persamaan disamping hal-hal yang spesifik tentang dirinya dengan orang lain.
Disini jelas bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki
peranan khas didalam lingkungan sosaialnya, melainkan juga mempunyai
kepribadian, serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Persepsi terhadap
individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu
keutuhan ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek yang melekat pada dirinya,
yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis rohaniah, dan aspek sosial. Apabila
terjadi kegoncangan pada salah satu aspek, maka akan membawa akibat pada aspek
yang lainnya.
Manusia mempunyai pengaruh penting
dalam kelangsungan ekosistem serta habitat manusia itu sendiri,
tindakan-tindakan yang diambil atau kebijakan-kebijakan tentang hubungan dengan
lingkungan akan berpengaruh bagi lingkungan dan manusia itu sendiri.Kemampuan
kita untuk menyadari hal tersebut akan menentukan bagaimana hubungan kita
sebagai manusia dan lingkungan kita. Hal ini memerlukan pembiasaan diri yang
dapat membuat kita menyadari hubungan manusia dengan lingkungan. Manusia memiliki
tugas untuk menjaga lingkungan demi menjaga kelansungan hidup manusia itu
sendiri dimasa akan datang.
PENGERTIAN
BUDAYA DAN KEBUDAYAAN
Kata budaya merupakan bentuk majemuk
kata budi-daya yang berarti cipta, karsa, dan rasa. Sebenarnya kata budaya hanya
dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari Bahasa Sangsekerta
budhayahyaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal. Budaya atau
kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata culturur. Dalam
bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera
berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala
daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat
pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial,
religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia
dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
v MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia sebagai makhluk budaya yang
berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab.Sebagai
makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan
kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya.
Manusia adalah mahluk berbudaya.
Berbudaya merupakan kelebihan manusia dibanding mahluk lain. Manusia adalah
makhluk yang paling sempurna bila dibanding dengan makhluk lainnya, mempunyai
kewajiban dan tanggung jawab untuk mengelola bumi. Oleh karena itu manusia
harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan kepemimpinannya di muka
bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus dimiliki, menciptakan nilai
kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar bermakna bagi
kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal budi untuk
menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan. Dengan berbudaya, manusia
dapat memenuhi kebutuhan dan menjawab tantangan hidupnya. Manusia menggunakan
akal dan budinya dalam berbudaya. Kebudayaan merupakan perangkat yang ampuh
dalam sejarah kehidupan manusia yang dapat berkembang dan dikembangkan melalui
sikap-sikap budaya yang mampu mendukungnya.
Banyak pengertian tentang budaya
atau kebudayaan. Kroeber dan Kluckholn (1952) menginventarisasi lebih dari 160
definisi tentang kebudayaan, namun pada dasarnya tidak terdapat perbedaan yang
bersifat prinsip. Konsep kebudayaan membantu dalam membandingkan berbagai
mahluk hidup. Isu yang sangat penting adalah kemampuan belajar. Lebah melakukan
aktifitasnya hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun dalam bentuk
yang sama. Setiap jenis lebah mempunyai pekerjaan yang khusus dan melakukan
kegiatannya secara kontinyu tanpa memperdulikan perubahan lingkungan
disekitarnya. Lebah pekerja terus sibuk mengumpulkan madu untuk koloninya.
Tingkah laku ini sudah terprogram dalam gen mereka yang berubah secara sangat
lambat dalam mengikuti perubahan lingkungan di sekitarnya. Perubahan tingkah
laku lebah akhirnya harus menunggu perubahan dalam gen. Hasilnya adalah
tingkah-laku lebah menjadi tidak fleksibel.Berbeda dengan binatang, tingkah
laku manusia sangat fleksibel. Hal ini terjadi karena kemampuan dari manusia
untuk belajar dan beradaptasi dengan apa yang telah dipelajarinya.
Kebudayaan mencerminkan tanggapan
manusia terhadap kebutuhan dasar hidupnya. Manusia berbeda dengan binatang,
bukan saja dalam banyaknya kebutuhan, namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebudayaanlah yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang .Ketidakmampuan manusia
untuk bertindak instingtif diimbangi oleh kemampuan lain yakni kemampuan untuk
belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik. Kemampuan
untuk belajar dimungkinkan oleh berkembangnya inteligensi dan cara berfikir
simbolik. Terlebih lagi manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan
yang di dalamnya terkandung dorongan-dorongan hidup yang dasar, insting,
perasaan, dengan pikiran, kemauan dan hubungan yang bermakna dengan alam
sekitarnya dengan jalan memberi penilaian terhadap obyek dan kejadian.
Manusia adalah mahluk yang
berbudaya. Berbudaya merupakan ciri khas kehidupan manusia yang membedakannya
dari mahluk lain. Manusia dilahirkan dalam suatu budaya tertentu yang
mempengaruhi kepribadiannya. Pada umumnya manusia sangat peka terhadap budaya
yang mendasari sikap dan perilakunya. Kebudayaan merupakan induk dari berbagai
macam pranata yang dimiliki manusia dalam hidup bermasyarakat. Etika merupakan
bagian dari kompleksitas unsur-unsur kebudayaan. Ukuran etis dan tidak etis
merupakan bagian dari unsur-unsur kebudayaan. Manusia membutuhkan kebudayaan,
yang didalamnya terdapat unsur etika, untuk bisa menjaga kelangsungan hidup.
Manusia yang berbudaya adalah manusia yang menjaga tata aturan hidup.
Etika dapat diciptakan, tetapi
masyarakat yang beretika dan berbudaya hanya dapat diciptakan dengan beberapa
persyaratan dasar, yang membutuhkan dukungan-dukungan, seperti dukungan
politik, kebijakan, kepemimpinan dan keberanian mengambil keputusan, serta
pelaksanaan secara konsekuen. Selain itu dibutuhkan pula ruang akomodasi, baik
lokal maupun nasional di mana etika diterapkan, pengawasan, pengamatan, dan
adanya pihak-pihak yang memelihara kehidupan etika. Kesadaran etis bisa tumbuh
karena disertai akomodasi.Berbudaya, selain didasarkan pada etika juga
terkandung estetika di dalamnya. Jika etika menyangkut analisis dan penerapan
konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab, estetika membahas
keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana seseorang bisa
merasakannya .
Hakikat kodrat manusia itu adalah :
1) sebagai individu yang berdiri sendiri (memiliki cipta, rasa,
dan karsa).
2) sebagai makhluk sosial yang terikat kepada lingkungannya
(lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya dan alam), dan
3) sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Perbuatan-perbuatan baik
manusia haruslah sejalan dan sesuai dengan hakikat kodratinya.
Manusia dipandang mulia atau terhina
tidak berdasarkan aspek fisiologisnya. Aspek fisik bukanlah tolak ukur bagi
derajat kemanusiaannya.Hakikat kodrati manusia tersebut mencerminkan
kelebihannya dibanding mahluk lain. Manusia adalah makhluk berpikir yang
bijaksana (homo sapiens), manusia sebagai pembuat alat karena sadar
keterbatasan inderanya sehingga memerlukan instrumen (homo faber), manusia
mampu berbicara (homo languens), manusia dapat bermasyarakat (homo socious) dan
berbudaya (homo humanis), manusia mampu mengadakan usaha (homo economicus),
serta manusia berkepercayaan dan beragama (homo religious), sedangkan hewan
memiliki daya pikir terbatas dan benda mati
cenderung tidak memliki perilaku dan tunduk pada hukum alam.
Keunggulan manusia sebagai makhluk
yang berbudaya dan beradab berkat ketekunannya memantau berbagai gejala dan
peristiwa alam. Manusia tidak lagi menemukan kenyataan sebagai sesuatu yang
selesai, melainkan sebagai peluang yang membuka berbagai kemungkinan. Setiap
kenyataan mengisyaratkan adanya kemungkinan. Transendensi manusia terhadap
kenyataan yang ditemuinya sebagai pembuka berbagai kemungkinan itu merupakan
kemampuannya yang paling mendasari perkembangan pengetahuannya.Manusia juga
harus bersosialisasi dengan lingkungan, yang merupakan pendidikan awal dalam
suatu interaksi sosial. Hal ini menjadikan manusia harus mempunyai ilmu
pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Pendidikan sebagai hasil kebudayaan
haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain
itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar
kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri
khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya. Kebudayaan yang diciptakan dan
dimiliki oleh manusia mencerminkan pribadi manusia sebagai mahlu ciptaan yang
paling sempurna diantara yang lainnya. Kebudayaan yang terus berkembang di
kehidupan bermasyarakat dapat menjadi suatu tolak ukur dalam melihat betapa
berbudayanya masyarakat di dalam suatu Negara.
Dengan demikian dapat kita katakan
bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan
dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan
menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari
pendidikan suatu bangsa.Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki dua
macam sistem budaya yang sama-sama harus dipelihara dan dikembangkan, yakni
sistem budaya nasional dan sistem budaya etnik lokal. Sistem budaya nasional
adalah sesuatu yang relatif baru dan sedang berada dalam proses pembentukannya.
Sistem ini berlaku secara umum untuk seluruh bangsa Indonesia, tetapi sekaligus
berada di luar ikatan budaya etnik lokal. Nilai-nilai budaya yang terbentuk
dalam sistem budaya nasional bersifat prospektif, misalnya kepercayaan religius
kepada Tuhan Yang Maha Esa; pencarian kebenaran duniawi melalui jalan ilmiah;
penghargaan yang tinggi atas kreativitas dan inovasi, efisiensi tindakan dan
waktu; penghargaan terhadap sesama atas dasar prestasinya lebih daripada atas
dasar kedudukannya; penghargaan yang tinggi kepada kedaulatan rakyat; serta
toleransi dan simpati terhadap budaya suku bangsa yang bukan suku bangsanya
sendiri.
Nilai-nilai tersebut menjadi bercitra Indonesia karena dipadu dengan
nilai-nilai lain dari nilai-nilai budaya lama yang terdapat dalam berbagai
sistem budaya etnik lokal. Kearifan-kearifan lokal pada dasarnya dapat
dipandang sebagai landasan bagi pernbentukan jatidiri bangsa secara nasional.
Kearifan-kearifan lokal itulah yang membuat suatu budaya bangsa memiliki akar.
Budaya etnik lokal seringkali berfungsi sebagai sumber atau acuan bagi
penciptaan-penciptaan baru, seperti dalam bahasa, seni, tata masyarakat, dan
teknologi, yang kemudian ditampilkan dalam perikehidupan lintas budaya. Kebudayaan
di Indonesia sangat beragam karena memiliki banyak perbedaan antar manusia yang
berada di tanah inonesia, namun Indonesia mempunyai semboyan bhineka tunggal
ika yang diartikan walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu . pada setiap
daerah memiliki adat istiadat yang berbeda – beda pula, itulah yang membedakan
aturan – aturan di tiap daerah . seperti suku asmat di papua dengan pakaian
khas bagi kaum laki laki yang menggunakan koteka dan bahkan penduduknya ada juga yang tidak memakai busana, tetapi
hal itu tidak di langgar karena sudah menjadi tradisi disana . apabila hal
seperti itu ada di daerah Jakarta sudah dapat dipastikan sudah melanggar aturan hukum yang berlaku . seperti itulah
mengapa peraturan di setiap daerah di Indonesia cukup beragam . budaya di
Indonesia sangat kuat karena adanya budaya yang turun – temurun dari nenek
moyang hingga sekarang . dan masih banyak acara adat di berbagai daerah untuk
melestarikan budayanya masing – masing daerah.
Perilaku manusia berbudaya adalah
perilaku yang dijalankan sesuai dengan moral, norma-norma yang berlaku
dimasyarakat, sesuai dengan perintah di setiap agama yang diyakini, Dan sesuai
dengan hukum Negara yang berlaku. Dalam berperilaku, manusia yang berbudaya
tidak menjalankan sikap-sikap atau tindakan yang menyinpang dari
peraturan-peraturan baik berupa norma- norma yang ada di masyarakat maupun
hokum yang berlaku.Oleh karena itu sifat manusia yang berbudaya itu yang harus
dimiliki setiap manusia khususnya bangsa Indonesia yang dikenali sebagai Negara
yang besar dengan banyaknya budaya yang dimiliki. Jadilah manusia yang memiliki
budaya yang tinggi yang menjadikan manusia tersebut sebagai manusia yang
berbudaya dan tentu manusia yang berbudaya itu pasti juga manusia yang
berpendidikan, akan tetapi sebaliknya manusia yang berpendidikan itu belum
tentu dia manusia yang berbudaya. Banyak contoh di negara ini manusia yang
pintar atau berpendidikan yang melakukan banyak tindak kejahatan atau
menyimpang contohnya seperti korupsi. Itu semua terjadi karena mereka tidak menjadi
manusia yang berbudaya dan akibatnya mereka tidak memiliki moral, kejujuran, dan
rasa tanggung jawab.
Karena itu jadilah manusia yang
berbudaya. Dengan menjadi manusia yang berbudaya maka masyarakat akan memiliki
sikap yang berakal budi, bermoral, sopan dan santun dalam menjalani kehidupan
diri sendiri ataupun berbangsa dan bernegara. Sikap Dan sifat manusia yang
berbudaya itu juga yang akan menjadikan bangsa Indonesia bangsa yang besar yang
memiliki jati diri sendiri sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat.
KONSEP-KONSEP
BUDAYA DASAR
Manusia dan Keadilan merupakan salah
satu modal dasar bagi kehidupan terartur manusia. Keadilan mengacu suatu
tindakan baik bagi kehidupan yang mesti dilakukan oleh setiap manusia. Manusia
dan Penderitaan adalah rasa tidak menyenangkanyangsetiap orang secara
kemanusiaan ingin menghindarinya. Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai
eksistensi manusia di dunia. Manusia dan Cinta Kasih adalah perasaan suka
kepada seseorang yang disertai dengan belas kasih dan kemesraan. Cinta
merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan
bentuknya yang khas manusiawi. Manusia dan Tangung Jawab Tanggung jawab adalah
kewajiban melakukan keharusan tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakekat
keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh
kebahagiaan. Manusia dan Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti
atau meperhamba diri kepada tugas yang (dianggap) mulia. Manusia dan Pandangan
Hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan
Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam. Manusia dan Keindahan
Eksistensi manusia di dunia diliputi oleh keindahan.
Manusia tidak hanya penerima pasif
tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan. Manusia dan Kegelisahan
Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram
(hati maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku.
Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan. Peran/Fungsi Akai, Perasaan,
dan Karsa Peran dan fungsi cipta, rasa, karsa merupakan faktor dominan bagi
lahirnya kebudayaan. Dengan akal/cipta manusia senantiasa berfikir, merenung
menggagas, menginterpretasikan segala macam realitas, kehidupan yang dihadapi.
Karenanya ia juga mempunyai gagasan-gagasan, angan-angan, haraptak terkecuali
ia juga memikirkan kebutuhan hidupnya dan tata cara untuk mewujudkannya, baik
yang berupa materi maupuan non materi, kebutuhan saat ini (didunia) maupuan
saat nanti (di akhirat). Sebagai contoh: manusia (person/individu) untuk hidup
harus makan. Maka ia berfikir yang harus dimakan,: mengapa harus makan,
bagaimana caranya makan dan untuk apa ia makan.
Dengan akalnya atau daya ciptanya
manusia dapat mencari jawaban tentang sesuatu yang dapat dimakan. Berikut
alasan-alasannya, tata cara/prosedurnya dan tujuannya ia makan, selain itu ia
juga dapat berkembang ide-idenya, harapannya, gagasannya dan cita-citanya
tentang sesuatu yang dapat dimakan, alasan dan tata caranya dalam hal makan
serta tujuannya dalam soal makan. Contoh lain seperti manusia (makhluk sosial)
hidup diantara manusia lainnya. Karena memiliki akal ia berfikir bagaimana
seharusnya agar dapat hidup baik dengan sesamanya. Ia meiliki harapan gagasan,
cita-cita dan ide tentang hidup yang baik ialah saling-menghormati dan
menghargai, tolong menolong dengan penuh toleransi, semertara pola hidup yang
baik adalah kebutuhan manusia berbudaya. Manusia sebagai makhluk budaya selain
memiliki akal juga mempunyai perasaan atau hati nurani oleh sebab itu manusia
selalu dan pasti menghayati dan merasakan segala macam fenomena kehidupan
seperti kesedihan, kejujuran, kebaikan, keadilan, keindahan, tanggung jawab,
ketentraman, kedamaian, cinta kasih dan sebagainya yang menjadi realita
kejiwaan atau psikologis.
Berdasar perasaan atau nurani
manusia memiliki cita, rasa yang menjadi kualitas atau ide-ide dalam hidupnya.
Manifestasi fenomena psikologis seperti rasa sedih, gugup, adil, baik, indah,
damai, tentram, bahagia, cinta, tanggung jawab, dan sebagainya itu; dalam
realita kehidupan manusia selain dapat diidenlifikasi malalui berbagai bentuk
sikap, perilaku tindakan dan raut wajah (pancaran cahaya) biasanya juga berupa
berbagai bentuk ekspresi seni yang beraneka ragam jenisnya. Kebutuhan Makhluk
Budaya pada hakekatnya manusia adalah mahluk mono plucal /majemuk tunggal
terdiri dari susunan kodrat (jasmani-rochani), sifat kodrat (individu sosial)
serta kedudukan kodrat (pribadi mandiri-makhluk Tuhan). Susunan, sifat dan
kedudukan kodrat manusia yang terdiri dua unsur tersebut. pada hakekatnya tidak
dapat dlipisah-pisahkan dan bediri sendiri-sendiri meskipun hanya dalam
pemikiran.
Oleh sebab itu manusia hakekatnya adalah
monodualis/dwitunggal. berdasarkan susunan kodratnya yang
dwitunggal/monodualis, yakni terdiri dari jasmani dan rochani, maka kebutuhan
makhluk budaya pun juga mancakup aspek jasmaniah dan rochaniah. Kebutuhan
jasmaniah pada umumnya bersifat material seperti makan, minum, sandang tempat
tinggal dan peralatan-peralatan lain yang berbentuk konkrit atau kebendaan,
sedangkan kebutuhan rochaniyah biasanya berupa non materi, seperti kepuasan
hati, kebahagiaan, ketentraman, kedamaian, keindahan, keadilan, kebaikan,
kejujuran, tanggung jawab, dan kepercayaan /keyakinan yang sifatnya spiritual
dan religius. Contoh: Makhluk manusia butuh makan dan minum untuk
mempertahankan hidup, tetapi juga butuh ketenangan batin, kedamaian dalam
hidupnya. Butuh kasih sayang dari orang tua dan keluarganya. Tetapi manusia
juga butuh beribadah dan berdo'a, menyerahkan diri dan mengakui keberadaan
Tuhan sebagai kausa prima.
Menunrt sifat Kodratnya
(monodualis/dwitunggal) yakni sebagai makhluk individu dan sosial, kiranya
dapat disebutkan jika manusia makhluk budaya mempunyai kebutuhan pribadi yang
secara spesifik berbeda dengan individu lainnya. Akan tetapi sebagai makhluk
sosial ia juga memiliki kebutuhan yang sama dengan orang lainnya, Bentuk
kebutuhan individu dapat diindivikasi melalui pemikiran dan perasaan seseorang
yang cenderung berbeda antara personal yang satu dengan yang lain. Bahkan juga
pada kehendaknya yang senantiasa ingin menjadi yang lebih atau yang paling baik
dan antara lainnya. Sementara kebutuhan sosial dapat dipahami dan berbagai
kesamaan baik di dalam pikiran dan perasaannya bahkan kehendak/Karsanya. Setiap
orang mempunyai keinginan, pikiran.dan perasaan yang sama, yaitu ingin cerdas,
baik hati dan suskes.an dan cita-cita dalam hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar